Friday, November 13, 2009

SIRAH NABAWIYAH

Ketika Rasulullah SAW Menjadi Mata-Mata

Menjelang peristiwa perang Badar, Rasulullah SAW dan pasukan melakukan perjalanan menuju Badar. Setelah melalui beberapa bukit, maka tibalah mereka di Badar. Dari sana beliau melakukan kegiatan mata-mata bersama Abu Bakar Ash-Shiddiq, sahabat Rasulullah yang dengan setia menemaninya ketika peristiwa hijrah. Tatkala mereka berputar-putar di sekitar pasukan musyrikin Quraisy, tiba-tiba mereka berpas-pasan dengan seorang Arab yang sudah tua.

Pada saat pertemuan yang tidak sengaja itu, Rasulullah SAW melakukan penyamaran agar tidak ketahuan sebagai bagian dari pasukan Muslimin dari Madinah.

Rasulullah bertanya kepada orang tua itu tentang pasukan Quraisy dan Muhammad. Beliau menanyakan kedua pasukan itu agar tidak ketahuan penyamarannya.




Muhammad saw. menunjukkan perilaku unik dan mengagumkan dalam segala sisi hidupnya yang beragam. Dalam setiap jenak hidup, Muhammad saw. menjadi teladan mulya dan figur yang mengesankan. Muhammad saw. bukan hanya sebagai politikus an sich. Bukan sekedar panglima perang belaka. Bukan reformis sosial masyarakat saja. Bukan juga sekedar tokoh yang sisi manusiawinya menakjubkan. Ternyata semua sisi itu menyatu dalam pribadi Muhammad saw. yang sempurna. Tidak ada satu orang pun yang bisa menyamai ketinggian akhlaknya. Tidak ada yang bisa menyamai kemulyaan kepribadiannya.

Kita akan menyuguhkan kepada pembaca bahwa Muhammad saw. insan yang memiliki sisi empati dan peduli sangat tinggi. Sisi empati dan peduli ini meliputi siapa saja yang ada di sekitanya: orang dekatnya, sahabatnya, keluarganya, putra-putranya, bahkan terhadap para musuh. Tidak hanya sampai di situ, Muhammad saw. berlaku sangat manusiawi terhadap hewan sekali pun.

Pertama, Sisi Manusiawi Muhammad Terhadap Sahabat-Sahabatnya

Muhammad saw. sangat mencintai sahabat-sahabatnya. Muhammad saw. menunjukkan kasih sayang kepada mereka. Muhammad saw. memanggil mereka dengan panggilang yang sangat mereka sukai. Muhammad saw. sigap memberi pelayanan kepada mereka. Bahkan Muhammad saw. berusaha menjadikan sahabatnya bisa rehat.




Sirah Nabawiyah merupakan seri perjalanan hidup seorang manusia pilihan yang menjadi parameter hakiki dalam membangun potensi umat. Sehingga, mempelajarinya bukan sekadar untuk mengetahui peristiwa-peristiwa yang terjadi di masa itu. Melainkan, mengkajinya untuk menarik pelajaran dan menemukan rumusan kesuksesan generasi masa lalu untuk diulang di kehidupan kiwari.

Melalui pemahaman sirah nabawiyah yang tepat, setiap muslim akan mendapatkan gambaran yang utuh dan paripurna tentang hakikat Islam dan terbangun semangatnya untuk merealisasikan nilai-nilai yang didapat dalam kehidupannya saat ini. Apalagi sasaran utama dari kajian sirah adalah mengembalikan semangat juang untuk merebut kembali kejayaan yang pernah dimiliki umat Islam. Secara umum kepentingan kita mengkaji sirah nabawiyah, adalah:

Memahami pribadi Rasulullah saw. sebagai utusan Allah (fahmu syakhshiyah ar-rasul)

Dengan mengkaji sirah kita dapat memahami celah kehidupan Rasulullah saw. sebagai individu maupun sebagai utusan Allah swt. Sehingga, kita tidak keliru mengenal pribadinya sebagaimana kaum orientalis memandang pribadi Nabi Muhammad saw. sebagai pribadi manusia biasa.



Kehidupan generasi pertama kaum muslimin penuh dengan ujian, penderitaan, dan fitnah. Di Mekah mereka mendapat tekanan dan menanggung penganiayaan dari kaum Quraisy. Karena itulah, Rasulullah saw. memerintahkan para sahabat untuk hijrah ke Madinah.

Meski sudah hijrah ke Madinah, ancaman kaum Quraisy tidak surut. Bahkan, meningkat. Maklum, perlindungan kaum Anshar terhadap kaum muslimin Muhajirin dari Mekah, dianggap kaum Quraisy sebagai ancaman yang membahayakan eksistensi dan martabat mereka. Karena itu, Rasulullah saw. dan para sahabat sadar betul bahwa kota Madinah bisa diserang setiap saat oleh kaum Quraisy.

Kesadaran itu membuat seluruh kota Madinah siaga satu. Mereka tidak pernah tidur kecuali dengan memeluk senjata. Kondisi ini digambarkan oleh Aisyah r.a., “Sesampai di Madinah, Rasulullah saw. tidak pernah tidur semalaman. Lalu beliau bersabda, ‘Seandainya ada salah seorang sahabatku yang melindungiku malam ini.’”


Penentangan kaum kuffar terhadap dakwah Islam dilakukan dengan segala cara. Dengan cara hal yang manis menggiurkan, berupa tawaran duniawi, cara ini tidak mempan. Dengan cara tawar menawar, yaitu tawaran kepada Muhammad saw. agar menyembah tuhan mereka sehari, dan mereka menyembah Tuhannya Muhammad sehari. Dengan cara teror, intimidasi bahkan upaya pembunuhan. Semua cara berujung kegagalan.

Demikianlah Allah menggagalkan teror, tipuan, dan tawar menawar di hadapan gelombang dakwah di jalan Allah swt. Mereka gagal memadamkan cahaya iman dan tauhid.

0 comments: